Zonapapuabarat.com, Manokwari – Menyikapi situasi sosial pasca insiden rasisme yang terjadi pada tahun 2019 di Kabupaten Manokwari, aktivis mahasiswa Herzon Korwa menyerukan pentingnya langkah antisipatif yang damai, terstruktur, dan melibatkan seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda Papua.
Dalam keterangannya kepada media, Herzon menegaskan bahwa peristiwa rasisme yang sempat memicu gejolak sosial di wilayah Papua Barat harus menjadi pelajaran kolektif bagi bangsa Indonesia, bukan sekadar catatan sejarah yang dilupakan.
“Peristiwa 2019 itu bukan hanya soal kemarahan sesaat. Itu cerminan dari luka panjang yang selama ini dialami oleh rakyat Papua. Tapi dari luka itu, kita harus bangkit dengan cara yang lebih cerdas dan bermartabat,” ujar Herzon di Manokwari.
Herzon juga menekankan bahwa mahasiswa memiliki peran strategis sebagai agen perubahan yang harus mendorong terciptanya ruang-ruang dialog lintas budaya dan etnis. Ia menyebut pentingnya pendekatan pendidikan dan kampanye antirasisme yang dilakukan secara konsisten di institusi pendidikan, komunitas pemuda, hingga ruang-ruang publik.
“Kami tidak ingin rasisme itu diwariskan ke generasi berikutnya. Maka dari itu, mahasiswa harus hadir bukan hanya untuk protes, tetapi juga untuk membangun kesadaran dan mendorong rekonsiliasi yang adil,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk mengambil peran aktif dalam merancang kebijakan yang inklusif, membuka ruang partisipasi bagi pemuda Papua, serta menjamin kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat secara damai.
Herzon juga mengingatkan aparat keamanan agar lebih humanis dalam merespons aksi-aksi sosial mahasiswa. Ia menilai pendekatan represif justru akan memperbesar ketegangan dan memperdalam trauma kolektif masyarakat.
“Papua adalah tanah damai. Tapi damai bukan berarti diam. Damai adalah keberanian untuk menyuarakan kebenaran tanpa kekerasan. Itulah yang akan terus kami perjuangkan,” tutup Herzon.
Sebagai bagian dari langkah konkret, Herzon bersama sejumlah aktivis mahasiswa tengah menggagas forum dialog antirasisme yang akan melibatkan pelajar, mahasiswa, tokoh adat, dan perwakilan institusi negara di wilayah Papua Barat. Forum ini diharapkan menjadi wadah untuk merumuskan solusi bersama guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang. (.,.)